icon-langID
logo-amartha
Home / Blog / Pendana / Gaya Hidup / Tri Hita Karana adalah Harmoni Kehidupan, Berikut Pengertian dan Penerapannya
icon-lang
icon-lang

Tri Hita Karana adalah Harmoni Kehidupan, Berikut Pengertian dan Penerapannya

By Tim Blog Amartha - 9 Aug 2024 - 3 min membaca

Tri Hita Karana adalah konsep hidup dengan nilai kebijaksanaan yang diterapkan masyarakat Bali. Pandangan hidup ‘Tri Hita Karana’ ini muncul pertama kali ketika Konferensi Daerah Badan Perjuangan Umat Hindu Bali. 

Konferensi tersebut terjadi pada 11 November 1966 di Perguruan Dwijendra Denpasar. Tujuan dari konsep Tri Hita Karana sendiri adalah menciptakan kehidupan yang selaras antar manusia. Konsep ini mulai meluas dan berkembang di masyarakat setelah muncul di konferensi tersebut. 

Mari pelajari lebih dalam tentang apa itu Tri Hita Karana, unsur-unsurnya, dan penerapannya melalui pembahasan berikut:

Pengertian Konsep Tri Hita Karana

Bila kamu artikan secara leksikal, maka Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kesejahteraan. Frasa tersebut berasal dari tiga kata dalam bahasa Sanskerta. Lebih tepatnya, ‘Tri’ berarti tiga, ‘Hita’ artinya sejahtera atau kebahagiaan, dan kata ‘Karana’ berarti penyebab atau sebab. 

Maka dari itu, falsafah atau pandangan hidup Tri Hita Karana artinya juga bisa kamu simpulkan sebagai tiga penyebab kebahagiaan. Ketiga hal yang menyebabkan kesejahteraan atau kebahagiaan tersebut berupa Parahyangan, Pawongan, serta Palemahan. 

Secara singkat, Parahyangan berarti hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan. Lalu, Pawongan merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan sesamanya. Sedangkan, Palemahan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya.

Tiga hal tersebut dalam Tri Hita Karana adalah apa yang diyakini masyarakat Bali sebagai pembawa kebahagiaan, kerukunan, serta keharmonisan ke dalam kehidupan. 

Mengenal Unsur-Unsur dalam Tri Hita Karana

Secara garis besar, terdapat tiga unsur yang terdapat pada pandangan hidup atau falsafah ‘Tri Hita Karana’. Unsur-unsur tersebut meliputi Tuhan Yang Maha Esa (Sanghyang Jagatkarana), lalu alam (bhuana), serta manusia. 

Untuk memahami setiap unsur dalam Tri Hita Karana lebih jelas, kamu bisa menyimaknya sebagai berikut:

1. Parahyangan 

Unsur pertama dalam Tri Hita Karana adalah ‘Parahyangan’. Terdapat dua suku kata dalam Parahyangan, yaitu ‘para’ dan juga ‘hyang’. Kata ‘para’ berarti tertinggi, sedangkan kata ‘hyang’ artinya Tuhan. 

Bila diartikan, maka Parahyangan artinya ketuhanan dan segala hal yang berhubungan dengan keagamaan sebagai pemujaan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Parahyangan juga merujuk pada Pura atau tempat suci memuja Tuhan. Pemujaan terhadap Tuhan dikarenakan sifat kebijakan atau satvika. Manusia berbakti dan sujud kepada Tuhan sebab Sanghyang Widhi yang merupakan Maha Ada, Maha Pengasih, serta Maha Kuasa melimpahkan kebijaksanaan dan kasih pada ciptaan-Nya. 

2. Pawongan

Selanjutnya, terdapat Pawongan yang merupakan unsur kedua dalam Tri Hita Karana. Unsur ini berarti orang atau wong. Arti keseluruhan Pawongan dalam Tri Hita Karana adalah perihal manusia dalam kehidupan bermasyarakat. 

Kamu pasti paham bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup menyendiri. Perlu kerja sama serta bantuan orang lain dalam menjalani hidup. Itulah mengapa, hubungan manusia dengan sesamanya harus harmonis dan baik. 

Dasar hubungan antar manusia dalam Tri Hita Karana adalah saling asah, asih, dan asuh. Lebih jelasnya, manusia saling menghargai, mengasihi, serta membimbing satu sama lain. Begitu pula hubungan antar keluarga dan masyarakat lainnya. 

Melalui hubungan yang baik, maka akan tercipta kedamaian serta keamanan lahir batin di lingkup masyarakat. Bila masyarakatnya damai dan aman, maka negara pun sejahtera dan tenteram. 

3. Palemahan

Unsur ketiga pada Tri Hita Karana adalah Palemahan yang bila dalam bahasa Jawa arti katanya adalah lemah atau tanah. Palemahan juga bisa berarti alam atau bhuwana. Sementara itu, arti Palemahan yang lebih sempit adalah wilayah tempat tinggal atau pemukiman. 

Manusia hidup pada suatu lingkungan dan memperoleh keperluan kehidupannya dari lingkungan tersebut. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki ketergantungan yang tinggi pada lingkungan. Oleh sebab itu, manusia wajib memerhatikan kondisi dan situasi lingkungannya. 

Lebih lengkapnya, manusia yang hidup di muka bumi perlu kesejukan, ketentraman, kebahagiaan lahir batin, serta ketenangan. Demi mencapai tujuan tersebut, maka manusia harus menyertakan alam semesta atau bhuana agung dalam kehidupannya. 

Jadi, maksud dari Palemahan dalam Tri Hita Karana adalah bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam semestanya. 

Contoh Penerapan Tri Hita Karana dalam Kehidupan

Setelah memahami apa itu Tri Hita Karana serta tiga unsur yang mendasarinya, mari ketahui berbagai contoh dari penerapan falsafah ini di kehidupan sehari-hari sebagai berikut:

1. Penerapan Parahyangan 

Berdasarkan artinya yang menekankan hubungan harmonis dengan Tuhan, masyarakat Bali umumnya melakukan berbagai hal di bawah ini untuk mengimplementasikan nilai-nilai Parahyangan:

- Menghaturkan yadnya serta persembahyangan pada Tuhan Yang Maha Esa dengan sradha dan juga bhakti;

- Menjalani persembahan (Punia) tanpa pamrih;

- Melakukan perjalanan suci (tirta yatra) menuju tempat yang mengantarkan pada nilai kesucian;

- Menunjukkan sikap peduli pada sesama, khususnya saat terdapat saudara sesama yang tertimpa musibah;

- Memerhatikan kebersihan pura;

- Mengawali kegiatan dengan berdoa;

- Mendengarkan Dharma Wacana;

- Melakukan Yadnya Sesa sebelum atau sehabis memasak sesuatu;

- Merutinkan meditasi. 

Implementasi Parahyangan sendiri merupakan praktik yang berorientasi pada keagamaan serta spiritualitas. Jadi, manusia bisa menjalani kehidupannya penuh arti dengan berpegang pada moral di setiap tindakannya. 

2. Penerapan Pawongan

Makna Pawongan dalam Tri Hita Karana adalah pentingnya relasi sosial, etika, serta norma antara manusia dengan sesama. Menerapkan nilai-nilai Pawongan bisa dilakukan melalui:

- Tenggang rasa, gotong-royong, serta sikap saling menghormati;

- Menciptakan kondisi yang rukun dan damai;

- Saling membantu dengan hati penuh cinta dan kasih;

- Berkata sewajarnya, tidak kasar walau benar dan tidak lemah lembut tetapi dusta;

- Saling memaafkan ketika ada yang melakukan kesalahan.

Inti dari Pawongan tidak lain agar sesama manusia selalu menjaga dan menjalin tali persaudaraan dengan bersilaturahmi, baik itu dalam keluarga maupun masyarakat secara luas.

3. Penerapan Palemahan

Palemahan dalam Tri Hita Karana adalah unsur yang mengutamakan hubungan manusia dengan alam. Oleh karena itu, masyarakat Bali mengimplementasikan Palemahan dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan hal-hal berikut:

- Menjaga, memelihara, dan tidak merusak lingkungan;

- Memastikan lingkungan selalu rapi dan bersih;

- Menghindari merusak atau mengotori lingkungan;

- Melarang penebangan hutan yang tidak berkelanjutan sampai dibabat habis;  

- Melarang perburuan binatang yang eksploitatif dan memengaruhi keseimbangan alam.

Lebih jelasnya, kamu bisa menerapkan Palemahan sesederhana meminimalkan penggunaan plastik, menyiram tanaman, hingga melakukan praktik bertani yang berkelanjutan. Ini demi memastikan manusia bisa hidup seimbang bersama dengan alam.

Setelah membaca artikel ini, bisa disimpulkan bahwa Tri Hita Karana adalah falsafah masyarakat Bali yang perlu diterapkan oleh semua manusia di muka bumi. Sebab, pandangan hidup ini mengharuskan manusia menjalani hidup dengan berpegang pada unsur utama berupa Tuhan, manusia lain, serta alam agar lebih harmonis. 

Meskipun Bali terkenal dengan industri pariwisatanya, tidak semua daerah mendapatkan manfaat yang sama. Di Bali Barat, Jembrana, masyarakat masih mengandalkan sumber daya hutan seperti pertanian, kelapa, dan madu hutan. Kelompok Tani Hutan di Jembrana, "Kelompok Tani Hutan Giri Amerta" memimpin dengan membangun zona produktif di dalam hutan dan memperkenalkan pertanian berkelanjutan. Inisiatif utamanya adalah menciptakan koridor satwa liar untuk menyeimbangkan aktivitas manusia dengan pelestarian satwa liar.

Koridor ini akan bertindak sebagai zona penyangga, dengan penanaman sayur-sayuran asli untuk mencegah satwa liar merambah kawasan pertanian dan Kabupaten Jembrana dirancang sebagai “perpustakaan kehidupan”, sebuah pilar untuk mewujudkan ekosistem hutan yang mampu tumbuh berkelanjutan sekaligus memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat. Komunitas. Amartha mensponsori pengembangan koridor satwa liar Jembrana, mendukung model berkelanjutan yang menjamin pelestarian ekologi dan produktivitas masyarakat.

Tentang Tanam Penuh Dampak: Amartha Memperjuangkan Masyarakat Lokal yang Berkelanjutan dan Mengembangkan Ekosistem Hutan Amartha

Amartha berdedikasi untuk mendukung masyarakat lokal dengan cara memastikan penghidupan mereka tetap terjaga dan ekosistem hutan tetap tumbuh subur. Melalui upaya kolaboratif kami, kami ingin menciptakan masa depan berkelanjutan yang mana stabilitas ekonomi dan pelestarian lingkungan berjalan beriringan.

Sejalan dengan nilai-nilai Tri Hita Karana, Amartha mengembangkan koridor satwa liar sebagai langkah nyata untuk mencapai keseimbangan antara aktivitas ekonomi masyarakat akar rumput dan ekosistem hutan lestari yang bertujuan untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan pemeliharaan lingkungan.

Salah satunya caranya dengan menjaga sumber daya air yangg merupakan elemen vital dalam memainkan peran krusial dalam menopang kehidupan masyarakat dan mendukung industri pariwisata.

Kontribusi Pohon untuk Kebaikan Berkelanjutan Melalui Pendanaan di Amartha!

Promo-Tanam-Penuh-Dampak-Coverblog (1).jpg

Melanjutkan program Tanam Penuh Dampak yang telah dilaksanakan sejak tahun 2022, kali ini Amartha mengajak kamu semua untuk jadi bagian dari penanaman pohon untuk Koridor Satwa Liar lewat pendanaan di Amartha. Ini adalah bentuk dedikasi Amartha dalam melestarikan lingkungan untuk mewujudkan kesejahteraan.

Program ini tercipta melalui kolaborasi bersama KTH Giri Amerta, KPH Bali Barat, Conservana, dan We Care, yang akan dilaksanakan di Hutan Bali Barat, Jembrana, Bali, bulan Agustus 2024.

Tertarik untuk ambil peranmu bersama Amartha?

Caranya mudah banget, kamu hanya perlu memasukkan kode voucher saat modalin Mitra dan kamu sudah ikut serta menyumbang pohon pada program "Tanam Penuh Dampak: Koridor Satwa Liar Amartha".

Yuk, jadi bagian dari penanaman pohon untuk Koridor Satwa Liar lewat mendanai di Amartha sebagai bentuk penerapan Tri Hita Karana!

Download aplikasi Amartha di Android
Download aplikasi Amartha di iOS

Tags:

Artikel Terkait

negara paling kaya di dunia

Negara Paling Kaya di Dunia 2024, Mana Saja Ya?

Gaya Hidup
lari marathon adalah

Lari Marathon Adalah Olahraga Terpopuler Saat Ini, Apa Sih Manfaatnya?

Gaya Hidup
eco living

Eco Living: Pengertian, Manfaat, dan Cara Penerapannya di Kehidupan Sehari-hari

Gaya Hidup
makanan sebelum lari

7 Pilihan Makanan Sebelum Lari untuk Sumber Energi Maksimal

Gaya Hidup

Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?

Hubungi Kami SEKARANG

https://access.amartha.com/uploads/invite_a21debce13.png